Obyek Kajian Matematika Di Sekolah Dasar (SD)
Pendahuluan
Secara bahasa, kata
’matematika’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu ”mathema” yang berarti
hal-hal yang dipelajari. Nasoetion (dalam Abdusysyakir, 2007: 5), menyatakan
bahwa matematika berasal dari bahasa Yunani ”mathein” atau ”manthenin”
yang artinya mempelajari. Orang Belanda menyebut matematika dengan wiskunde,
yang artinya ilmu pasti. Orang Arab menyebut matematika sebagai ilmu hisab,
artinya ilmu hitung. Di Indonesia, matematika disebut ilmu hitung atau ilmu
pasti. Oleh karena sulitnya memperlajari matematika, orang Indonesia memberikan
plesetan matematika dengan mati-matian.
Secara istilah, hingga saat
ini belum ada definisi yang tepat mengenai matematika. Hal ini disebabkan oleh
keluasan wilayah kajian itu sendiri dan sudut pandang yang digunakan. Pada
awalnya, wilayah kajian matematika mempelajari tentang bilangan dan ruang. Sementara
saat ini kajian matematika sampai menelaah hal-hal yang membutuhkan daya pikir
dan imajinasi tingkat tinggi. Dari segi sudut pandang yang digunakan,
matematika dapat dilihat dari ruang kajian, struktur, atau karakter yang lain.
Meski deskripsi tentang
matematika tersebut berbeda-beda, pada setiap pandangan terhadap matematika
memiliki karakteristik umum yang sama. Karakteristik umum matematika yang
dimaksud meliputi obyek kajian yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola
pikir deduktif, konsisten dalam sistemnya, memiliki simbol yang kosong dari
arti, dan memerhatikan semesta pembicaraan.
Obyek Kajian Matematika di Sekolah Dasar
Pada bahasan kali ini, kita
hanya membahas karakteristik umum matematika yang terkait dengan obyek kajian
matematika, terutama matematika yang diajarkan di sekolah dasar (SD). Kita tahu
bahwa matematika mempunyai obyek kajian yang abstrak, meski tidak setiap yang
abstrak itu matematika. Beberapa matematikawan mengganggap bahwa obyek
matematika itu konkret dalam pikiran mereka. Oleh karena itu, kita dapat
menyebut obyek matematika secara lebih tepat sebagai obyek mental atau pikiran.
Obyek matematika seperti yang dimaksud ada empat macam, yaitu fakta, konsep,
operasi atau relasi, dan prinsip (Sumardyono, 2004: 30-46).
1. Fakta
Fakta adalah pemufakatan atau
konvensi dalam matematika yang biasanya diungkapkan melalui simbol-simbol
tertentu.
Contoh:
Simbol ”2” secara umum telah dipahami sebagai
simbol untuk bilangan dua. Sebaliknya bila kita menghendaki simbol bilangan
dua, kita cukup menggunakan simbol ”2”.
Fakta yang lain dapat berupa gabungan beberapa
simbol, seperti ”2 + 3” yang dipahami sebagai ”dua ditambah tiga”, ”2 x 3” yang
dipahami sebagai ”dua kali tiga” yang tentunya berbeda dengan ”3 x 2”, dan ”2
< 3” yang dipahami sebagai ” dua lebih kecil tiga”.
Cara mempelajari fakta dapat
dilakukan dengan cara hafalan, latihan terus-menerus, demonstrasi tertulis, dan
lain sebagainya. Meski begitu, yang perlu kita perhatikan, bahwa mengingat
fakta itu penting, dan memahami konsep yang mewakilinya ternyata jauh lebih
penting. Skemp menuturkan bahwa arti atau konsep yang diwakili oleh simbol
disebut deep structure (struktur dalam), sedangkan bentuk simbol itu
sendiri dinamakan surface structure (struktur muka).
Dalam memperkenalkan simbol
atau fakta matematika kepada siswa, guru seharusnya melalui beberapa tahap yang
memungkinkan siswa dapat menyerap makna dari simbol-simbol tersebut. Penggunaan
simbol yang seharusnya secara informal pada tahap awal digunakan untuk membantu
anak tetap pada pola dan hubungan yang dapat mereka pahami. Pendekatan dari
Jerome Bruner, yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik dapat diterapkan
dalam pembelajaran. Mereka bahkan dapat menggunakan simbol-simbol pilihan
mereka sendiri. Hal ini dipikirkan sebagai suatu cara untuk menjaga partisipasi
siswa dalam proses penemuan dan formalisasi pengalaman matematika. Selain itu,
pendekatan ini juga bermanfaat untuk menjaga pengalaman belajar dari sekedar
latihan mengingat (Resnic & Ford (1981) dalam Sumadyono, 1994: 31-32).
Penggunaan fakta yang berupa
simbol bila terlalu cepat diberikan kepada siswa dapat menyebabkan salah
pengertian atau miskonsepsi terhadap simbol tersebut. Di samping itu, penekanan
pada aspek teknis yang berupa hitungan saja juga dapat memunculkan miskonsepsi
tersebut.
Contoh miskosepsi:
Miskonsepsi yang seringkali terjadi di SD adalah
penggunaan yang kurang tepat terhadap simbol ”=”. Simbol ini seringkali tidak
hanya dipahami ”sama dengan” tetapi juga ”memberi hasil”. Bila pemikiran
seperti ini yang diperoleh, maka siswa akan menulis seperti kalimat berikut: 2
+ 4 = 6 + 3 = 9 + 11 = 20. Kalimat matematika yang demikian tentu kalimat yang
salah.
2. Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang
dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan obyek,
apakah obyek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan.
Contoh:
”Segitiga” adalah nama suatu konsep. Dengan konsep
itu, kita dapat membedakan mana yang merupakan contoh segitiga dan mana yang
bukan contoh segitiga.
Konsep ini dapat dipelajari
lewat definisi atau observasi langsung. Seseorang akan dianggap memahami
konsep, bilamana orang tersebut dapat memisahkan mana contoh konsep dan mana
yang bukan.
a. Definisi
Konsep berhubungan dengan
definisi. Definisi adalah ungkapan yang membatasi konsep. Dengan adanya
definisi, seseorang dapat membuat ilustrasi gambar, skema, atau simbol dari
konsep yang didefinisikan.
Contoh:
Konsep ”lingkaran” dapat
didefinisikan sebagai kumpulan titik-titik pada bidang datar yang mempunyai
jarak yang sama terhadap titik tertentu. Dengan definisi ini, kita dapat
membuat sketsa lingkaran. Sementara untuk menunjukkan lingkaran, orang sepakat
memilih simbol ”O”.
Ada tiga definisi yang kita
kenal, yaitu:
1) Definisi analitik
Suatu definisi disebut
analitik apabila definisi tersebut dibentuk dengan genus proksimum dan diferensia
spesifika (genus: keluarga terdekat, deferensia spesifika: pembeda khusus)
Contoh (SMP):
Perhatikan dua definisi belah
ketupat berikut.
·
Belah
ketupat adalah jajargenjang yang ...
·
Belah
ketupat adalah segi empat yang ...
Definisi pertama menyebutkan genus
proksimum jajargenjang, sedangkan definisi kedua menyebutkan segi
empat sebagai genus proksimum atau keluarga terdekatnya. Adapun sifat
yang disebutkan setelah kata “yang” merupakan diferensia spesifika.
2) Definisi genetik
Suatu definis dikatakan
bersifat genetik apabila pada definisi tersebut terdapat ungkapan tentang cara
terjadinya konsep yang didefinisikan.
Contoh:
Segitiga siku-siku adalah
segitiga yang terjadi jika suatu persegi panjang dipotong menurut salah satu
garis diagonalnya.
3) Definisi dengan rumus
Definisi dengan rumus adalah
definisi yang dinyatakan dengan menggunakan kalimat matematika.
b. Intensi dan ekstensi suatu definisi
Dalam suatu definisi, terdapat
dua hal yang disebut intensi atau hal yang menjadi fokus dalam
pernyataan dan ekstensi atau hal yang menjadi jangkauan dari pernyataan.
Dua definisi dengan intensi yang berbeda dapat memiliki ekstensi yang sama.
Perhatikan contoh berikut.
1) Segitiga sama sisi adalah segitiga yang
sama sisinya.
2) Segitiga sama sisi adalah segitiga yang
sudutnya sama.
Definisi 1) dan 2)
mendefiniskan hal yang sama, yaitu segitiga sama sisi. Namun, atributnya
berbeda, definisi yang satu mengutamakan sisi, sedangkan definisi yang lain
mengutamakan sudut. Hal ini dapat dikatakan bahwa definisi 1) dan 2) memiliki
ekstensi (jangkauan) yang sama, sedangkan intensinya berbeda.
Berkaitan
dengan intensi dan ekstensi suatu definisi, maka definisi konsep matematika
dapat beragam bentuknya. Oleh karena itu, kemungkinan definisi yang diungkapkan
siswa dapat saja berbeda dengan definisi formal yang biasa digunakan dalam
matematika. Sehingga guru semestinya harus jeli untuk melihat kemungkinan
kesamaan dari definisi tersebut. Guru selayaknya tidak menyalahkan definisi
yang diberikan siswa andaikan memang memiliki pengertian yang sama. Andaikan
salah, guru harus memfasilitasi siswa untuk mendapatkan definisi yang tepat.
3. Operasi atau Relasi
Operasi adalah pengerjaan
hitung, pengertian aljabar, dan pengertian matematika lainnya. Sedangkan relasi
adalah hubungan dua atau lebih elemen.
Contoh:
Contoh operasi antara lain: penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan, gabungan, irisan, dll.
Sedangkan contoh relasi antara lain: sama dengan, lebih kecil, lebih besar,
dll.
Pada dasarnya operasi dalam
matematika adalah suatu fungsi, yaitu relasi khusus. Hal ini dikarenakan operasi merupakan aturan yang
memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui. Semesta
dari elemen-elemen yang dioperasikan dengan elemen yang diperoleh dari operasi
tersebut bisa sama dan bisa pula berbeda. Elemen yang dihasilkan dari suatu
operasi disebut hasil operasi.
Dalam matematika, dikenal
bermacam-macam operasi, misalnya operasi unair, bila melibatkan hanya elemen
yang diketahui; operasi biner, jika melibatkan tepat dua elemen yang diketahui;
operasi terner, jika melibatkan tepat tiga elemen yang diketahui.
Contoh:
Operasi penjumlahan, perkalian, gabungan, dan
irisan termasuk operasi biner, sedangkan operasi pangkat dua, tambah lima, dan
komplemen merupakan contoh operasi unair.
Operasi seringkali juga
disebut sebagai skill atau keterampilan, bila yang ditekankan adalah
keterampilannya. Keterampilan ini dapat dipelajari melalui demonstrasi, drill,
dll. Siswa akan dianggap telah menguasai suatu keterampilan atau operasi jika
ia dapat mendemonstrasikan keterampilan atau operasi tersebut dengan benar.
4. Prinsip
Prinsip adalah obyek
matematika yang terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan
oleh suatu relasi ataupun operasi. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa
prinsip adalah hubungan di antara berbagai obyek dasar matematika. Prinsip
dapat berupa aksioma, teorema atau dalil, sifat, dsb. Contohnya, sifat
komutatif dan sifat asosiatif dalam aritmatika.
Siswa akan dianggap telah
memenuhi suatu prinsip jika ia memahami cara prinsip itu dibentuk dan dapat
menggunakannya dalam situasi yang sesuai. Bila siswa dapat melakukan hal itu,
berarti ia telah memahami fakta, konsep, definisi, operasi atau relasi yang
termuat dalam prinsip tersebut.