gravatar

PENELAHAAN KEPUSTAKAAN dan HIPOTESIS

    

Setelah masalah penelitian dirumuskan Landasan ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi- generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoretis bagi penelitian yang akan dilakukan itu. hal yang disebutkan di atas itu, orang harus melakukan penelaahan kepustakaan. Penelaahan kepustakaan ini sering disebut Tinjauan Pustaka, Kajian Teori, atau Landasan Teori. Untuk dapat melakukan penelaahan kepustakaan dengan baik, seseorang harus malakukan kegiatan membaca.
Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: (a) sumber acuan umum, dan (b) sumber acuan khusus. Teori-teori dan konsep-konsep pada umumnya dapat diketemukan dalam sumber acuan umum, yaitu kepustakaan yang berwujud buku teks, ensiklopedi, dan semacamnya. Di sisi lain, yang termasuk kepada sumber acuan khusus ialah laporan-laporan hasil penelitian, jurnal-jurnal penelitian, CD-ROM, dan semacamnya. Sekarang ini, pencarian kepustakaan tidak hanya dapat dilakukan di perpustakaan saja, tetapi juga dapat dilakukan melalui internet. Banyak web-site yang mencantumkan artikel-artikel hasil penelitian dan kadang-kadang juga jurnal hasil penelitian.
Kadang-kadang ada tingkatan muatan acuan khusus pada suatu skripsi, tesis, dan disertasi. Semakin tinggi tingkatan suatu karya ilmiah, maka dituntut untuk menggunakan semakin banyak acuan khusus. Pada disertasi, mungkin, disyaratkan agar minimal 75% dari sumber yang dipakai merupakan sumber acuan khusus, sedangkan pada skripsi hanya disyaratkan minimal 25% dari sumber yang dipakai merupakan sumber acuan khusus.
Dalam memilih sumber bacaan, biasanya dikemukakan dua kriteria, yaitu prinsip kemutakhiran (recency) dan prinsip relevansi (relevance). Prinsip kemutakhiran mengacu bahwa semakin mutakhir suatu sumber semakin baik. Sedangkan prinsip relevansi mengacu kepada pemilihan sumber yang benar-benar relevan dengan permasalahan yang diajukan. Hal ini terutama diingatkan kepada mereka yang suka menyusun Tinjauan Pustaka sekedar dalam rangka mempertebal laporan penelitian.
Dari informasi-informasi yang telah terkumpul sebagai hasil kegiatan membaca itu, peneliti melakukan penelaahan lebih lanjut terhadap masalah penelitian yang digarapnya. Ramuan dari seluruh kegiatan tersebut ditata dalam kesimpulan-kesimpulan yang mendasari penyusunan hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian ini sering disebut kesimpulan teoretis, karena disimpulkan dari teori-teori yang telah ada, dan masih harus dilihat keberlakuannya pada dunia empiris.
Suatu hal yang perlu diingat oleh peneliti adalah ketika mencatat hal-hal yang perlu pada penelaahan kepustakaan, peneliti harus pula mencatat identitas buku sumber (nama pengarang, tahun penerbitan, kota penerbit, dan nama penerbit) yang dibacanya. Tidak jarang seseorang lupa mencatat buku sumber tersebut, sehingga ketika akan menulis daftar pustaka, seseorang harus mencari bukunya kembali. Kadang-kadang buku tersebut sulit dicari, karena telah hilang atau dipinjam oleh orang lain.

PERUMUSAN HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan rangkuman dari kesimpulan teoretis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Dari konteks kalimat ini dapat disimpulkan bahwa harus ada kesesuaian antara masalah (pertanyaan) penelitian dengan hipotesis.
Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistis, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel.
Hipotesis juga merupakan prediksi. Taraf ketepatan prediksi itu akan sangat bergantung kepada taraf kebenaran dan taraf ketepatan landasan teoretis yang mendasarinya. Dasar teori yang kurang kuat akan melahirkan hipotesis yang prediksinya kurang tepat.
Mengapa hipotesis harus dibuat? Hipotesis harus dibuat karena tiga alasan, yaitu: (1) hipotesis yang mempunyai dasar yang kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian di bidang itu, (2) hipotesis memberikan arah pada pengumpulan data, dan (3) hipotesis dapat menunjukkan analisis data apa yang akan digunakan.
Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis haruslah: (1) konsisten dengan pengetahuan (landasan teori) yang ada, (2) dinyatakan dalam kalimat deklaratif (pernyataan), (3) menyata-kan pertautan antara dua variabel atau lebih, (4) dirumuskan secara sederhana, singkat dan jelas, (5) dapat diuji secara statistik.
Secara garis besar, hipotesis yang isi dan rumusannya bermacam-macam dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) hipotesis tentang hubungan, dan (2) hipotesis tentang perbedaan. Hipotesis tentang hubungan adalah hipotesis yang menyatakan saling hubungan antara dua variabel atau lebih dan mendasari berbagai penelitian korelasional. Hipotesis tentang perbedaan adalah hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda-beda. Perbedaan dalam variabel tertentu tersebut seringkali karena pengaruh perbedaan yang terdapat pada satu atau lebih variabel yang lain. Hipotesis tentang perbedaan mendasari berbagai penelitian komparatif.
Sebagai contoh perumusan hipotesis adalah sebagai berikut.
(1)   Mengajar dengan menggunakan LKS lebih baik daripada mengajar dengan cara tradisional.
(2)   Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang berumur antara 20 tahun sampai dengan 35 tahun lebih baik prestasi belajar matematikanya daripada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang umurnya di luar itu.
(3)   Setelah diberi motivasi yang cukup, prestasi belajar matematika siswa menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
(4)   Ada korelasi positif antara NEM Matematika SLTP dengan keberhasilan belajar Matematika di SMU.
(5)   Ada korelasi negatif antara tingkat kecerdasan dengan tingkat keberhasilan mendapatkan pekerjaan.
(6)   EQ (Emotional Quotient) dapat dipakai untuk meramalkan keberhasilan memimpin suatu perusahaan.
Pada contoh di atas, hipotesis (1), (2), dan (3) adalah hipotesis tentang perbedaan, yang berarti uji statistiknya harus menggunakan uji satistik perbedaan (misalnya t-tes). Sedangkan hipotesis (4), (5), dan (6) adalah hipotesis tentang korelasi (hubungan), yang uji statistiknya harus menggunakan uji statistik korelasional (misalnya uji momen produk dari Pearson).
Menyatakan hipotesis secara sederhana bukan saja memudahkan pengujian hipotesis tersebut, melainkan juga dapat menjadi dasar penyusunan laporan yang jelas dan mudah dimengerti pada akhir penelitian. Seringkali kita perlu memecah hipotesis yang sangat umum menjadi beberapa hipotesis khusus agar menjadi jelas dan dapat diuji. Misalnya terdapat hipotesis: “Para siswa yang diberi pelajaran matematika dengan menggunakan LKS  akan menunjukkan pengetahuan tentang konsep-konsep matematika yang lebih banyak dan dapat menggunakan konsep-konsep tersebut lebih baik daripada mereka yang hanya menggunakan buku pelajaran standar”. Hipotesis itu dapat dipecah menjadi dua, yaitu:
(1)   Para siswa yang diberi pelajaran matematika dengan menggunakan LKS akan menunjukkan pengetahuan tentang konsep matematika yang lebih banyak daripada mereka yang hanya menggunakan buku pelajaran standar, dan
(2)   Para siswa yang diberi pelajaran matematika dengan menggunakan LKS akan dapat menggunakan konsep matematika secara lebih baik daripada mereka yang hanya menggunakan buku pelajaran standar.
Dari sisi penyampaiannya, hipotesis dapat dikelompokkan ke dalam hipotesis nol (H0) dan hipotesis kerja (Ha). Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya saling hubungan antara dua variabel atau lebih atau hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Di dalam analisis statistik, uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran hipotesis nol tersebut. Di sisi lain, hipotesis kerja menyatakan adanya saling hubungan antara dua variabel atau lebih atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda. Hipotesis kerja sering juga disebut hipotesis alternatif.
Sebagai contoh dari H0 dan Ha adalah sebagai berikut. Hipotesis yang menyatakan bahwa “Mengajar dengan menggunakan LKS lebih baik daripada mengajar dengan cara tradisional” adalah hipotesis alternatif. Kalau dinyatakan dalam hipotesis nol akan berbunyi “Mengajar dengan menggunakan LKS sama baiknya dengan mengajar dengan cara tradisio-nal”.
Seringkali timbul pertanyaan mengenai mana di antara kedua macam hipotesis (nol atau alternatif) itu yang harus dirumuskan sebagai hipotesis penelitian. Jawaban pertanyaan itu akan sangat tergantung kepada landasan teoretis yang digunakan. Kalau landasan teoretis itu mengarah ke penyimpulan ke "tidak adanya hubungan atau tidak adanya perbedaan", maka hipotesis penelitian yang dirumuskan akan merupakan hipotesis nol. Sebaliknya, jika tinjauan teoretis mengarahkan penyimpulannya kepada "ada hubungan atau ada perbedaan", maka hipotesis penelitian yang dirumuskan merupakan hipotesis alternatif.
Pada dasarnya, kedua jenis perumusan itu dapat dilakukan. Namun, dalam kenyataan-nya, kebanyakan penelititian kuantitatif merumuskan hipotesis penelitiannya ke dalam bentuk hipotesis alternatif. Hal yang demikian itu terjadi terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam penelitian eksperimental, biasanya peneliti bermaksud mengetahui perbedaan gejala pada kelompok yang satu dan pada kelompok yang lain, sebagai akibat adanya perbedaan perlakuan. Dalam penelitian yang bukan eksperimentalpun banyak diketemukan hipotesis alternatif daripada hipotesis nol yang dirumuskan sebagai hipotesis penelitian.
Perlu pula dicatat mengenai perbedaan antara hipotesis pada hipotesis penelitian dan hipotesis pada uji statistik. Pada hipotesis penelitian, hipotesis itu adalah dugaan sementara yang diturunkan dari suatu kajian teori. Jadi, yang dipilih sebagai hipotesis penelitian adalah dugaan yang mempunyai landasan kebenaran, dan ini dipilih salah satu, apakah yang berbentuk H0 atau yang berbentuk Ha. Dalam uji statistik, biasanya, baik H0 maupun Ha dicantumkan atau ditulis, dan selalu berfokus kepada H0, yaitu apakah menolak atau tidak menolak H0.



Archive

Entri Populer