Tujuan Pendidikan Matematika
1.
Tujuan Pendidikan Matematika
Adapun tujuan dari pendidikan matematika adalah sebagai berikut:
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan,
perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan
kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.
1.2
Mutu Pembelajaran Matematika Saat ini
Matematika merupakan ilmu yang sangat
penting untuk dikuasai, karena matematika sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, perlu
dilakukan inovasi dalam pemberdayaan semua unsur-unsur pendidikan sehingga
pembelajaran matematika berjalan secara optimal. Keoptimalan pembelajaran matematika akan
menghasilkan siswa-siswa dengan kualitas yang sangat tinggi dalam
matematika. Tingginya kualitas siswa
dalam menguasai matematika dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh
siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika.
Di sisi lain, tingkat penguasaan
matematika oleh siswa tidak sesuai dengan harapan. Hal tersebut diindikasikan dengan rendahnya
prestasi matematika siswa Indonesia di ajang internasional. Pada tahun 2007, Indonesia hanya mampu
menempati peringkat 52 dari 93 negara peserta di ajang IMO (International Mathematics Olympiads). Di ajang TIMSS (Trends in International Mathematics and
Science Study), pada tahun 2003 wakil Indonesia menempati peringkat 34 dari 45 negara peserta. Prestasi yang memprihatinkan juga ditunjukkan
oleh wakil Indonesia di ajang PISA (Programme
for International Students Assessment) yang hanya menempati peringkat 49
dari 57 negara peserta pada tahun 2006.
Peringkat yang diperoleh wakil Indonesia tersebut mengindikasikan bahwa
rendahnya penguasaan konsep matematika oleh siswa.
Berdasarkan kajian Programme
for International Student Assessment
(PISA) 2003, Sutarto Hadi dalam majalah PMRI (2007:3) mengemukakan seba-nyak
50,5% siswa Indonesia memiliki kemampuan keberaksaraan matematika di bawah
level 1, yaitu hanya mampu menyelesaikan satu langkah soal matematika (pada
situasi ini siswa bahkan tidak dapat menggunakan prosedur, rumus dan algoritma
sederhana untuk menyelesaikan soal matematika). Sebanyak 27,6% berada pada
level 1, yaitu dapat menggunakan prosedur, rumus, dan algoritma dasar, serta
mampu melakukan penafsiran yang bersifat aksara dan penalaran yang bersifat
langsung. Sebanyak 14,8% berada pada level 2, yaitu mampu menerapkan pemecahan
masalah sederhana, menafsirkan dan menyampaikannya. Sebanyak 5,5% berada pada
level 3, yaitu siswa dapat menyelesaikan persoalan secara efektif untuk situasi
konkret dan dapat menyampaikan penjelasan dan argumentasi dengan baik. Hanya
1,4% berada pada level selanjutnya. Pada PISA 2003 tersebut didefinisikan
keberaksaraan matematika sebagai kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi dan
memahami peran matematika dalam kehidupan. Keberaksaraan ini mencakup besaran (quantity), ruang dan bentuk (space and shape), perubahan dan hubungan
(change and relationship), serta ketidakpastian (uncertainty). Bila didasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampu-an anak Indonesia dalam
mengidentifikasi dan memahami peran matematika dalam kehidupan masih sangat
rendah.