IDENTIFIKASI, KLASIFIKASI, DAN PEMBERIAN DEFINISI VARIABEL
Di depan telah disebutkan bahwa dalam mengambil
kesimpulan-kesimpulan teoretis sebagai akhir dari penelaahan kepustakaan,
peneliti harus mengidentifikasi variabel-variabel yang akan ditelitinya.
Variabel-variabel itu harus pula diklasifikasi menurut jenisnya. Akhirnya,
variabel-variabel yang ditemukan harus didefinisikan secara operasional.
Operasi-onalisasi variabel tersebut sangat berguna dalam membuat instrumen
(alat pengambil data) penelitian.
Mengidentifikasi Variabel
Dalam tulisan ini yang disebut variabel adalah segala
sesuatu yang dapat meng-klasifikasikan objek pengamatan ke dalam dua atau lebih
kelompok. Apa yang menjadi variabel penelitian ditentukan oleh landasan teori
dan ditegaskan oleh hipotesis penelitiannya. Banyaknya variabel yang akan
dijadikan objek pengamatan akan ditentukan oleh rancangan penelitiannya. Semakin
sederhana rancangan penelitian, akan melibatkan variabel yang cacahnya semakin
sedikit.
Mengklasifikasikan Variabel
Variabel-variabel yang telah diidentifikasi perlu
diklasifikasikan sesuai dengan jenis dan peranannya dalam suatu penelitian.
Klasifikasi ini sangat perlu untuk menentukan alat pengambil data dan analisis
statistik yang sesuai untuk diterapkan.
Berkaitan dengan proses kuantifikasi, data penelitian
kuantitatif biasanya digolongkan menjadi empat jenis, yaitu: (a) data nominal,
(b) data ordinal, (c) data interval,
dan (d) data rasio. Demikian juga, variabel kalau dilihat dari segi tersebut
akan dibedakan menjadi: (a) variabel nominal, (b) variabel ordinal, (c)
variabel interval, dan (d) variabel rasio.
Variabel Nominal
Variabel nominal adalah variabel yang ditetapkan
berdasar atas proses penggolongan. Nilai variabel ini bersifat deskrit dan
saling pilah antara kategori yang satu dengan kategori yang lain. Misalnya:
jenis kelamin (memilahkan ke dalam pria dan wanita), jenis pekerjaan
(memilahkan ke PNS dan swasta), dan status perkawinan (memilahkan ke kawin dan
tidak kawin).
Walaupun dalam pengkodean, sering kepada variabel
nominal dilekatkan bilangan tertentu, misalnya: laki-laki = 1, dan wanita = 2,
namun pelekatan bilangan itu tidak menunjukkan urutan sama sekali.
Variabel Ordinal
Variabel ordinal adalah variabel yang disusun
berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu. Dengan demikian ada dua sifat
yang melekat pada variabel ini, yaitu: (1) adanya penggolongan, dan (2) adanya
urutan (rangking). Misalnya: golongan PNS (memilahkan ke dalam golongan I,
golongan II, golongan III, dan golongan IV), tingkat pendidikan (memi-lahkan ke
dalam tidak sekolah, tamatan SD, tamatan SLTP, tamatan SLTA, dan tamatan
perguruan tinggi), dan rangking mahasiswa dalam suatu mata kuliah (yang
memilahkan menjadi rangking tinggi, sedang, dan rendah). Semua pemilahan yang
disebutkan itu mengandung makna urutan.
Variabel nominal dan ordinal sering juga disebut
variabel kategorik (categorical variable).
Variabel Interval
Variabel interval adalah variabel yang dihasilkan dari
suatu pengukuran yang di dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan
(unit) pengukuran yang sama. Dengan demikian, ada tiga sifat yang melekat pada
variabel ini, yaitu: (1) adanya penggolongan, (2) adanya urutan (rangking), dan
(3) adanya satuan pengukuran. Contoh variabel interval adalah prestasi belajar,
indeks prestasi, penghasilan, dan sikap yang dinyatakan dalam skor.
Kadang-kadang, untuk keperluan analisis statistik,
orang harus mengubah skala variabel dari variabel interval menjadi variabel
nominal. Misalnya seseorang ingin meneliti pengaruh indeks prestasi teori
terhadap lama penyelesaian skripsi. Dalam hal ini variabel bebasnya adalah
indeks prestasi teori dan variabel terikatnya adalah lama penyelesaian skripsi.
Peneliti memilih analisis variansi untuk melakukan olah datanya. Karena pada
analisis variansi, variabel bebas harus berskala nominal, maka indeks prestasi
teori yang mula-mula berskala interval harus diubah menjadi variabel dengan
skala nominal, misalnya variabel nominal dengan kategorisasi baik, sedang, dan
kurang. Tentu saja harus ada aturan untuk menstransformasi variabel itu,
misalnya yang di atas rerata plus setengah simpangan baku
termasuk kategori baik, yang di bawah rerata dikurangi setengah simpangan baku termasuk kategori
kurang, dan sisanya pada kategori sedang. Variabel indeks prestasi teori yang
sudah berskala nominal itu sering disebut variabel terkategorisasikan (categorized
variable).
Variabel Rasio
Variabel rasio adalah variabel yang dalam
kuantifikasinya terdapat nol mutlak. Ini berarti ada empat sifat yang melekat
pada variabel rasio, yaitu: (1) adanya penggolongan, (2) adanya urutan
(rangking), (3) adanya satuan
pengukuran, dan (4) adanya nol mutlak. Contoh variabel rasio adalah
panjang. Untuk variabel rasio, orang dapat membuat rasio (perban-dingan) antara
dua nilai. Misalnya, kepada dua benda
yang panjangnya masing-masing 4 cm dan 2 cm, orang dapat mengatakan bahwa benda
pertama mempunyai panjang dua kali panjang benda pertama.
Di dalam penelitian, terlebih-lebih dalam penelitian
ilmu sosial, orang jarang mendapatkan variabel rasio, karena jarang dipenuhi
adanya nol mutlak. Dalam prestasi belajar, misalnya, walaupun seorang mahasiswa
mendapat nilai nol (E), namun nol itu tidaklah nol mutlak. Jika Amir mendapat
nilai A (4) dan Budi mendapat nilai C (2), orang juga tidak akan mengatakan
bahwa kepandaian Amir dua kali kepandaian Budi. Orang hanya mengatakan bahwa
Amir lebih pandai daripada Budi. Ini menandakan bahwa prestasi belajar bukanlah
variabel rasio.
Variabel interval dan variabel rasio sering disebut
variabel kontinu.
Pengklasifikasian variabel menurut
fungsinya
Menurut fungsinya dalam penelitian, biasanya, klasifikasi
mendasar yang sering digunakan adalah adanya: (1) variabel bebas dan (2)
variabel terikat. Variabel bebas sering disebut variabel independen atau
variabel penyebab dan variabel terikat sering disebut variabel tak bebas,
variabel tergantung, variabel terpengaruh, atau variabel dependen. Pembedaan
ini berdasar atas pola pemikiran sebab-akibat. Variabel terikat dipikirkan
sebagai variabel yang keadaannya tergantung (terikat) kepada variabel bebas.
Kecuali adanya variabel bebas dan terikat tersebut
masih banyak jenis variabel yang lain, yang masing-masing buku menyajikan
dengan nama yang berbeda-beda, walaupun kadang-kadang menyiratkan hal yang
sama.
Dalam mengklasifikasi variabel menurut peranannya
dalam penelitian itu, biasanya orang mulai dengan mengidentifikasi variabel
tergantungnya. Hal yang demikian itu terjadi karena variabel tergantung itulah
yang menjadi titik pusat persoalan dan karena itu tidak mengherankan kalau
sering disebut kriterium. Keadaan variabel tergantung itu tergantung kepada
banyak sekali variabel yang lain. Satu atau lebih dari variabel-variabel yang
lain itu mungkin dipilih sebagai variabel yang sengaja (menurut rencana)
dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Inilah yang disebut
variabel bebas. Misalnya variabel tergan-tungnya adalah prestasi belajar.
Variabel bebasnya dapat metode pembelajaran atau metode pembelajaran dan
tingkat kecerdasan. Di samping metode pembelajaran dan tingkat kecerdasan masih
banyak variabel yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar. Jenis kelamin,
misalnya, juga berpengaruh terhadap prestasi belajar. Kalau penelitian juga
memperhitungkan pengaruh jenis kelamin itu terhadap prestasi belajar walaupun
hal itu tidak diutamakannya, maka dalam contoh in jenis kelamin berperanan
sebagai variabel moderator. Umur juga dapat berpengaruh terhadap prestasi
belajar, namun dalam penelitian dalam contoh ini misalnya diusahakan
dinetralisasikan, misalnya diambil kelompok umur tertentu, maka umur di sini
berperanan sebagai variabel kendali. Variabel-variabel lain yang masih banyak,
mungkin lalu dianggap pengaruhnya terhadap prestasi belajar tidak menimbulkan
perbedaan-perbedaan berarti, karena itu diabaikan. Variabel-variabel yang diabaikan
pengaruhnya itu berperanan sebagai variabel rambang.
Ada satu lagi jenis variabel yang disebut
variabel intervening. Variabel intervening adalah variabel yang mempengaruhi
variabel tergantung, namun tidak pernah dapat diamati, dan hanya dapat
disimpulkan adanya berdasar pada fakta-fakta yang ada pada variabel tergantung
dan variabel-variabel sebab. Dalam contoh ini yang berperanan sebagai variabel
intervening adalah proses belajar yang terjadi dalam diri si subjek yang
diteliti.
Definisi Operasional Variabel
Setelah variabel-variabel diidentifikasi dan
diklasifikasi, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara
operasional. Penyusunan definisi operasional ini perlu, karena definisi
operasional itu akan menunjuk kepada alat pengambil data mana yang cocok
digunakan.
Dalam hal ini yang dimaksud definisi operasional
adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang
dapat diamati (diobservasi). Pengertian dapat diamati atau diobservasi ini
penting, karena hal yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain
untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti
terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.
PEMILIHAN ATAU PENGEMBANGAN ALAT PENGAMBIL DATA
Dalam penelitian kuantitatif, alat pengambil data
(instrumen) menentukan kualitas data yang dapat dikumpulkan dan kualitas data
itu menentukan kualitas penelitiannya.
Agar data penelitian mempunyai kualitas yang cukup
tinggi, maka alat pengambil datanya harus memenuhi syarat-syarat sebagai alat
pengukur yang baik. Syarat-syarat itu ialah: (a) validitas (kesahihan) dan (b)
reliabilitas (keterandalan).Validitas atau kesahihan menunjuk kepada sejauh
mana alat pengukur itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Di sisi
lain, reliabilitas suatu alat pengukur menunjuk kepada keajegan hasil
pengukuran.
Kadang-kadang, disamping adanya syarat validitas dan
reliabilitas, alat pengukur diharuskan memenuhi syarat yang lain. Misalnya,
kalau alat pengukur itu berupa tes pilihan ganda, maka masih dipersyaratkan,
antara lain: setiap butir soal harus memenuhi tingkat kesulitan dan daya beda
yang ditentukan serta setiap pengecohnya berfungsi. Pada kecenderungan
pengukuran sekarang ini, sebuah alat pengukur harus tidak bias terhadap
kelompok tertentu, artinya tidak menguntungkan atau merugikan seseorang dari
kelompok tertentu.
Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkannya,
seorang peneliti harus terlebih dulu memperoleh keyakinan bahwa alat pengambil
datanya (instrumen pengukur datanya) mempunyai validitas dan reliabilitas yang
memadai dan syarat-syarat yang lain. Untuk memperoleh keyakinan itu, dia harus
menguji instrumen tersebut dalam suatu kegiatan yang sering disebut kegiatan
uji coba.
Jika sekiranya peneliti tinggal memakai suatu alat
pengambil data yang sudah diakui validitas dan reliabilitasnya, masih juga
merupakan keharusan baginya untuk melaporkan atau memberikan informasi mengenai
tingkat validitas dan reliabilitas berdasarkan penelitian terdahulu atau
berdasarkan konvensi-konvensi tertentu. Ketentuan ini sekaligus meng-ingatkan
kepada lembaga komersial pembuat instrumen untuk mencantumkan indeks validitas
dan indeks reliabilitasnya.
Pemilihan Alat Pengambil Data
Keputusan mengenai alat pengambil data mana yang akan
digunakan terutama ditentukan oleh variabel yang akan diamati atau diambil
datanya. Dengan kata lain, instrumen yang digunakan harus disesuaikan dengan
variabelnya. Pertimbangan berikutnya ialah dari pertimbangan segi kualitas
instrumen, yaitu dari tingkat validitas, reliabilitas, dan syarat yang lainnya.
Pertimbangan lain biasanya dari sudut praktis, misalnya besar kecilnya biaya,
macam kualifikasi orang yang harus menggunakannya, mudah sukarnya menggunakan
alat tersebut, dan sebagainya.
Pengembangan Alat Pengambil Data
Dalam penelitian-penelitian ilmu kealaman, biasanya
alat pengambil data itu telah tersedia, misalnya untuk mengambil data mengenai
panjang, dapat digunakan meteran, untuk mengambil data mengenai suhu badan,
dapat digunakan termometer. Namun, untuk peneliti-peneliti ilmu sosial
acapkali, bahkan hampir selalu, harus mengembangkannya sendiri, atau
setidak-tidaknya mengadaptasikan, alat pengambil data sebelum digunakan.
Jika peneliti mengembangkan sendiri atau
mengadaptasikan alat pengambil datanya, dia harus melakukan uji-coba, untuk
memperoleh keyakinan tentang kualitas alat pengambil data yang dikembangkan
atau diadaptasikannya itu sebelum benar-benar digunakan pada penelitian yang
sebenarnya.