ALAT MANIPULATIF UNTUK PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR
Tujuan khusus pengajaran matematika
di sekolah dasar (SD) adalah untuk menumbuhkembangkan ketrampilan berhitung
(menggunakan bilangan) dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran matematika tidak
hanya menekankan pada penguasaan komputasi tetapi juga pada penguasaan konsep.
Dengan menguasai konsep (aspek konseptual) dan ketrampilan (aspek
komputasional) diharapkan siswa mampu memecahkan berbagai masalah dalam bidang
lain serta masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Murid SD berada pada tahap operasional konkret (7-11 tahun) ditandai dengan
permulaan berpikir matematika secara logis. Sesuai dengan pendapat Piaget bahwa
berpikir logis anak didasarkan atas manipulasi fisik terhadap objek-objek
(Hudoyo, 1984: 20). Dalam periode ini proses berpikir anak sudah di-katakan
menjadi opersional. Anak pada tahap ini hanya menunjukkan adanya hubungan dari
pengalaman empiris konkret masa lampau dan masih mendapat kesukaran dalam
mengambil kesimpulan logis dari pengalaman-pengalaman khusus.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Dwina dkk diperoleh kemampuan operasi hitung tambah dan kurang
terhadap bilangan bulat dan pecahan belum mencapai syarat tuntas belajar.
Pembahasan bilangan bulat mencakup bilangan bilangan bulat positif dan negatif.
Pemahaman dan penggunaan bilangan negatif sudah menjadi kebutuhan manusia untuk
bisa hidup dalam lingkungannya. Oleh sebab itu, makin awal anak memahami
bilangan negatif akan makin baik (Sutawijaya: 1992: 253). Sebelum mengajarkan
pen-jumlahan dan pengurangan kepada siswa SD, maka perlu terlebih dahulu
memahami konsep bilangan bulat. Oleh sebab itu, guru perlu memahami bagai-mana
cara mengajarkan konsep bilangan bulat khususnya bilangan negatif.
Berdasarkan informasi yang diperoleh
dari beberapa orang guru yang mengajarkan bilangan bulat, guru masih mengalami
kesulitan menentukan/ mencari alat peraga dalam menanamkan konsep bilangan
bulat. Mengingat masalah yang masih ditemui di lapangan serta kemampuan dan
waktu yang ada maka penelitian ini dibatasi pada operasi penjumlahan dan pengurangan
pada bilangan bulat dengan menggunakan alat manipulatif berupa keping warna.
Penelitian ini dilakukan pada siswa
SD yang masih suka menggunakan objek-objek konkret yang dapat mereka lihat.
Pengalaman tangan pertama dengan objek-objek amat perlu untuk kepentingan
belajar. Hal ini merupakan dasar bagi tahap berpikir operasional konkret.
Anak-anak harus didorong untuk membandingkan objek-objek, menentukan relasi
yang ada antara sifat-sifat suatu objek dengan objek lain. Matematika merupakan
suatu studi tentang relasi (Hudoyo,
1984: 21). Ini semua harus dilakukan oleh anak-anak sendiri.
Alat manipulatif merupakan salah satu
alat bantu mengajar yang dapat dipakai pada proses pembelajaran matematika pada
topik penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Pada proses penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat positif dan negatif dapat digunakan keping berwarna.
B.
Rumusan Masalah
Apakah pembelajaran dengan
menggunakan alat manipulatif pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat dapat meningkatakan prestasi belajar siswa?
C.
Kajian Teori
Matematika dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu himpunan, relasi
dan operasi (Maryunis, 1998: 2). Operasi hitung merupakan suatu kerja yang mem-punyai
sejumlah aturan yang tersusun dalam
prosedur khusus yang disebut algo-ritma. Penjumlahan, pengurangan , perkalian
dan pembagian merupakan operasi hitung permulaan pada bilangan (Simanjutak,
1993: 101). Antara bilangan 8 dan 4 misalnya dapat dilakukan operasi berikut:
a). penjumlahan: 8 + 4 c). perkalian: 8 x 4
b). pengurangan: 8 – 4 d). pembagian: 8 : 4
Pada penelitian ini, peneliti
membatasi untuk dua operasi yaitu pen-jumlahan dan pengurangan pada bilangan
bulat. Penalaran dari operasi diantara-nya untuk mengetahui bahwa jumlah dua
bilangan merupakan penyimpulan dari penggabungan dua himpunan lepas.
Murid sekolah dasar berada pada tahap
opersional konkret. Pada tahap ini anak dapat memahami operasi logis dengan
bantuan benda-benda konkret. Anak sudah mampu mengelompokkan benda-benda yang
memiliki karakteristik khusus dan sudah dapat memahami karakteristik benda-benda
secara serempak. Pendekatan laboratorium matematika merupakan suatu pemenuhan
kebutuhan bagi tiap anak, sebab dengan pengalaman tangan pertama itu anak
belajar melalui objek-objek nyata. Jadi, belajar itu dikehendaki benar-benar
terjadi, ide matema-tika haruslah diabstraksikan dari benda-benda konkret.
Permainan yang disertai aturan adalah
tahap belajar konsep setelah permainan bebas. Pada tahap ini para siswa mulai
meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep itu. Siswa
memperhatikan aturan-aturan yang terdapat dalam konsep. Permainan yang
berstrutur dan praktis harus disajikan sebagai pengalaman yang diperlukan untuk
membentuk konsep matematika. Setiap bentuk permainan hendaknya disajikan kepada
anak-anak sesuai dengan perkembangan mentalnya. Bagi anak SD prinsip ini
dilaksanakan dengan menggunakan material konkret yang kemudian dapat
ditingkatkan menjadi permainan yang merupakan penelitian dalam matematika.
Russefendi (1979) menyatakan agar
anak didik memahami konsep matematika seyogyanya diajarkan dengan urutan konsep
murni, dilanjutkan dengan notasi dan diakhiri dengan konsep terapan. Di samping
itu, untuk mempelajari dengan baik struktur matematika maka representasinya
(model) dimulai dengan benda-benda konkret yang beraneka ragam.
Pada dasarnya anak belajar melalui hal
yang konkret. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda konkret
sebagai perantaranya. Konsep abstrak ini dicapai melalui tingkat-tingkat
belajar yang berbeda-beda. Bahkan orang dewasa pun yang pada umumnya sudah
dapat memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu sering memerlukan
visualisasi. Karena itu maka dalam pengajaran matematika kita sering menggunakan
alat peraga. Manfaat alat peraga dikemukakan Ruseffendi (1979: 1) adalah
sebagai berikut:
1.
Proses belajar mengajar
termotivasi. Baik murid maupun guru, terutama murid minatnya akan timbul. Murid
akan senang, terangsang, tertarik dan karena itu bersikap positif terhadap
matematika.
- Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.
- Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami.
- Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret yaitu dalam model matematika yang dapat dipakai sebagai objek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.
Alat manipulatif merupakan merupakan alat peraga pembelajaran yang
dapat dimanipulasi atau diotak-atik dan dikelompokkan. Penggunaan alat
manipulatif pada proses pembelajaran matematika terutama di SD akan sangat
membantu anak dalam memahami konsep sesuai dengan tingkat kognitif anak. Menurut
pendapat Brownell dalam Harun (1999: 5), anak-anak harus memahami apa yang
sedang mereka pelajari jika anda menginginkan apa yang dipelajari mereka
bertahan lama. Untuk itu anak-anak membutuhkan banyak alat-alat yang dapat
dimanipulasi. Sehingga anak-anak memahani makna dari konsep-konsep baru dan
kesimpulan baru.
Dengan menggunakan alat manipulatif
sebagai alat peraga diharapkan murid akan lebih mudah memahami konsep
matematika yang sedang di-pelajarinya, serta dapat meningkatkan ketrampilan
murid dalam berhitung. Murid akan memperoleh konsep dan ketrampilan matematika
dengan senang. Seperti pendapat Harun (1999: 2), bahwa dengan memanipulasi
alat-alat yang dikemuka-kan, kreativitas murid dapat dikembangkan. Hal ini
memberikan kesempatan kepada murid untuk mengemukakan ide-ide tentang
konsep-konsep atau ketrampilan-ketrampilan yang sedang mereka pelajari dengan
ber-komunikasi. Tidak hanya itu, dengan menggunakan alat-alat yang ditawarkan
murid akan lebih terbantu dalam memahami konsep-konsep serta ketrampilan
matematika, sehingga murid senang mempelajari matematika dan dapat
menghargainya.
Van De Walle (1994: 32) menyatakan “When children manipulate some-thing (change,
move, count, compare, draw, measure) there is a better change that they will
have to reflect on how and why they are doing that particular action”.
Jadi, kegiatan yang dialami murid memberikan kesempatan kepada mereka untuk
berbuat dan mengamati suatu konsep, sehingga dapat memahami-nya dengan baik.
Sehingga matematika bukan lagi merupakan sesuatu yang di-takuti tetapi menjadi
diminati.
Dalam penelitian ini, alat
manipulatif yang digunakan adalah keping berwarna untuk operasi penjumlahan dan
pengurangan pada bilangan bulat. Keping berwarna adalah suatu alat manipulatif
berupa kepingan berbentuk bulat yang terdiri dari dua warna. Diharapkan
penelitian ini dapat memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar
murid SD.