MATHEMATICAL REASONING PROCESS ANALYSIS AND SECONDARY SCHOOL STUDENTS ANALOGICAL MATTER OF FIRST RATE ALGEBRAIC FACTORIZATION : CHAPTER I - INTRODUCTION
ANALISIS PROSES PENALARAN MATEMATIS DAN ANALOGIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI POKOK FAKTORISASI SUKU ALJABAR
MATHEMATICAL REASONING PROCESS ANALYSIS AND SECONDARY SCHOOL STUDENTS ANALOGICAL MATTER OF FIRST RATE ALGEBRAIC FACTORIZATION
BAB I
PENDAHULUAN
CHAPTER I
INTRODUCTION
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Siswa sebagai sumber daya manusia yang diharapkan dapat memajukan pendidikan dengan cara memaksimalkan pembelajaran karena mereka sebagai pemeran utama dalam pembelajaran.
Siswa sebagai sumber daya manusia harus memiliki kemampuan dalam berpikir matematis. Kemampuan ini sangat diperlukan agar siswa memahami konsep yang dipelajari, dapat menerapkannya dalam berbagai masalah kehidupan nyata. Penalaran dalam Principles and Standards for School Mathematics NCTM (2000) merupakan salah satu dari lima kemampuan yang seharusnya dimiliki siswa. Kemampuan tersebut diantaranya pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koneksi dan representasi. Pencantuman aspek penalara dalam standar proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting karena penalaran adalah suatu aktifitas berpikir yang abstrak.
Begitu juga pada standar isi mata pelajaran Matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa mampu: menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pelajaran matematika bertujuan untuk memiliki sikap mengahargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sehingga, penting untuk mempelajari dan menggunakan matematika dalam kehidupan. Pentingnya mempelajari matematika juga disampaikan oleh Desoete, A sebagai berikut :
It is hard not to overemphasize the importance of mathematical literacy in our society (Swanson, Jerman, & Zheng, 2008). In everyday life situations we need to be in time, pay bills, follow directions or use maps, look at bus or train timetables or comprehend instruction leaflets and expiry dates. A lack of mathematical literacy was found to affect people’s ability to gain full-time employment and often restricted employment options to manual and often low paying jobs (Desoete, 2007a; Dowker, 2005).
Kegunaan matematika dalam berbagai bidang studi juga disampaikan oleh Excel, N sebagai berikut :
Mathematics is a subject that has shown to have significant impacts on different matters and subject areas (Anonymous 2003; Smith 2004) such as interpretation of issues, map reading, weather forecasts, logical reasoning and decision making, critical thinking ability and problem solving skills. Notwithstanding, there is still the lack of interest in the study of mathematics (Fenwick-Sehl, Fioroni and Lovric 2009)
Pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa di sekolah menengah meliputi aljabar, geometri, trigonometri, statistika, dan aritmatika. Aljabar merupakan pokok bahasan yang penting dalam matematika karena digunakan dalam berbagai pokok bahasan yang lainya. Sehingga, siswa harus bisa menguasai materi aljabar sebagai dasar pembelajaran selanjutnya. Aljabar mempunyai tingkat kesulitan yang komplek dalam setiap permasalahnya. Kesulitan belajar matematika yang dialami siswa berarti kesulitan siswa belajar salah satu atau lebih dari bagian-bagian matematika tersebut. Matematika merupakan ilmu yang terstruktur artinya bahwa suatu bahasan berkaitan dengan satu atau lebih bahasan yang lain, maka kesulitan siswa pada suatu bahasan akan berdampak pada kesulitan satu atau lebih bahasan yang lain.
Faktorisasi suku aljabar adalah salah satu pokok bahasan dalam matematika di sekolah menengah pertama yang diajarkan di semester pertama. Kompetensi dasar yang bersesuaian dengan penelitian ini adalah melakukan operasi aljabar dan menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya. Pembelajaran dikelas dihadapkan pada simbol-simbol yang abstrak yaitu variabel-variabel yang terdapat pada setiap bentuk aljabar sehingga siswa harus memiliki penalaran yang kuat dalam mempelajari bentuk aljabar. Namun kenyataanya masih banyak siswa yang masih lemah dalam penalaranya. Pendapat ini juga sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Osta, I. dkk, sebagai berikut:
Accordingly, mathematics curricula, all over the world, are calling for greater understanding of the fundamentals of algebra and algebraic reasoning by all members of the society. The National Council of Teachers of Mathematics (1989) standards emphasize the fact that algebra is more than memorizing rules for manipulating symbols and solving prescribed types of problems. It is part of the reasoning process, a problem solving strategy, and a key to think and to communicate with mathematics. They recommend that algebra be studied by all students of all grade levels, K through 12 (NCTM, 1989)
Kesulitan yang dihadapi siswa bermacam-macam ada yang merasa kesulitan dalam menghitung dan ada juga yang mengalami kesulitan dalam menghubungkan suatu permasalahan untuk diselesaikan. Ada dua penalaran yang penting dan harus dimiliki siswa agar mudah dalam mempelajari aljabar yang pertama penalaran matematis yaitu penalaran yang berkaitan dengan perhitungan atau numerik dan yang kedua penalaran analogis yaitu penalaran tentang hubungan. Sehingga, penting untuk melakukan penelitian tentang penalaran karena manfatnya yang banyak dalam pembelajaran maatematika.
Beberapa penelitian tentang penaran sudah banyak dilakukan salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Isroil dalam skripsinya tentang penalaran analogi dengan kesimpulan bahwa kemampuan penalaran analogi siswa kelas X-11 SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo dalam memecahkan masalah matematika dari 48 siswa yang diberi TPAM terdapat 4 siswa (8,16%)termasuk kelompok kemampuan penalaran analogi tinggi, 24 siswa (48,98 %) termasuk kelompok kemampuan penalaran analogi sedang, dan 20 siswa (40,82%) termasuk kelompok kemampuan penalaran analogi rendah. Sehingga kemampuan penalaran analogi siswa kelas X-11 SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo dalam memecahkan masalah matematika cenderung sedang.
Berangkat dari beberapa permasalahan di atas peneliti tertarik ingin melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif tentang penalaran matematis dan analogis pada siswa sekolah menegah pertama pada materi aljabar perbedaan penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian yang telah dilakukan Ahmad Isroil adalah pada fokus penelitian, tempat penelitian, dan pokok bahasan.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarakan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka pertanyaan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses penalaran matematis siswa kelas VIII SMP pada materi aljabar?
2. Bagaimana proses penalaran analogis siswa kelas VIII SMP pada materi aljabar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan proses penalaran matematis siswa kelas VIII SMP pada materi aljabar.
2. Untuk mendeskripsikan proses penalaran analogis siswa kelas VIII SMP pada materi aljabar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori tentang penalaran matematis dan penalaran analogis dalam pembelajaran matematika.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, mahasiswa dan praktisi pendidikan untuk melakukan penelitian selanjutnya.