
Lingkungan Pendidikan dan Tujuan Pendidikan
Lingkungan
Pendidikan
Menurut Sartain dalam M. Ngalim Purwanto
(1988: 77) yang dimaksud dengan lingkungan (environment)
meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Diperjelas
oleh Hasbullah (2001: 32) Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan
sebagai alat dalam proses pendidikan dinamakan lingkungan pendidikan.
Ditinjau dari segi peserta didik,
lingkungan pendidikan dibagi atas 3 macam, diantaranya:
a)
Lingkungan
keluarga
Keluarga merupakan
lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami
oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati. Adapun fungsi pendidikan keluarga adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak.
2. Menjamin kehidupan emosional anak.
3. Menanamkan dasar pendidikan moral.
4. Memberikan dasar pendidikan sosial.
5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi
anak-anak.
b)
Lingkungan
sekolah
Tidak semua tugas
mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal
ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu, didirikanlah sekolah sebagi
lingkungan pendidikan utama kedua.
Adapun kontribusi sekolah sebagai lembaga pendidikan formal adalah
sebagai berikut:
1. Membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan
yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
2. Memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam
masyarakat yang sukar dan tidak dapat diberikan di rumah.
3. Memberikan kecakapan-kecakapan seperti membaca,
menulis, berhitung, menggambar, serta ilmu lain yang sifatnya mengembangkan
kecerdasan dan pengetahuan.
4. Memberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika,
dan membedakan benar atau salah.
Adapun ciri-ciri khusus dari
pendidikan sekolah adalah sebagai berikut:
1. Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas
jenjang yang memiliki hubungan hierarkis.
2. Usia peserta didik di suatu jenjang relatif
homogen.
3. Waktu pendidikan relatif sama sesuai dengan
program pendidikan yang harus diselesaikan.
4. Isi pendidikan (materi) lebih banyak yang bersifat
akademis dan umum.
5. Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban
terhadap kebutuhan di masa yang akan datang.
c)
Lingkungan
organisasi pemuda
Sebagai lembaga
pendidikan yang bersifat informal (luar sekolah), lingkungan organisasi pemuda
memberikan kontribusi dalam mengembangkan kesadaran sosial, kecakapan-kecakapan
di dalam pergaulan dengan orang lain dan sikap yang tepat dalam membina
hubungan dengan sesama manusia (social
attitude).
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat
nilai-nilai yang sifatnya abstrak. Tujuan pendidikan bersifat umum, ideal, dan kandungannya
sangat luas sehingga sulit untuk dilaksanakan di dalam praktek sedangkan pendidikan
harus berupa tindakan nyata yang ditujukan kepada peserta didik dalam kondisi, tempat, dan waktu
tertentu dengan menggunakan alat tertentu.
Tujuan
pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar,
dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi
yaitu memberi arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu
yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Sebagai
suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara
komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan bahwa seluruh komponen
dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau
ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian maka
kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dengan tujuan tersebut dianggap
menyimpang, tidak fungsional, bahkan salah, sehingga harus dicegah terjadinya.
Di sini terlihat bahwa tujuan pendidikan itu bersifat normatif, yaitu
mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan
hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai
nilai hidup yang baik.
Sehubungan
dengan fungsi tujuan yang sangat penting itu, maka suatu keharusan bagi
pendidik untuk memahaminya. Kekurangpahaman pendidik terhadap tujuan pendidikan
dapat mengakibatkan kesalahpahaman di dalam melaksanakan pendidikan. Gejala
demikian oleh Langeveld disebut salah teoritis (Umar Tirtarahardja dan La Sula,
37 : 2000).
Langeveld dalam M. Ngalim Purwanto
(1988: 24) mengutarakan macam-macam tujuan pendidikan sebagai berikut:
a)
Tujuan umum
Tujuan umum yang disebut
juga tujuan sempurna ialah tujuan di dalam pendidikan, yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik, yang
telah ditetapkan oleh pendidik dan selalu dihubungkan dengan
kenyataan-kenyataan yang terdapat pada peserta didik dan dihubungkan dengan
syarat-syarat dan alat-alat untuk mencapai tujuan umum tersebut.
b)
Tujuan tak
sempurna (tak lengkap)
Tujuan tak sempurna
atau tak lengkap adalah tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kepribadian peserta
didik yang hendak dicapai dengan pendidikan.
Nilai-nilai kepribadian yang dimaksud antara lain, keindahan,
kesusilaan, keagamaan, kemasyarakatan, seksual dan lain-lain.
c)
Tujuan
sementara
Tujuan sementara
ini merupakan tingkatan-tingkatan untuk menuju kepada kepada tujuan umum. Untuk mencapai tujuan-tujuan sementara itu
harus mengingat dan memperhatikan jalannya perkembangan psikologi peserta
didik.
d) Tujuan perantara
Tercapainya tujuan
perantara ini bergantung pada tujuan-tujuan sementara. Tercapainya tujuan ini
akan mempermudah dalam mencapai tujuan umum.
e)
Tujuan
insidental
Tujuan insidental
hanya sebagai kejadian-kejadian yang tidak direncanakan terjadi saat pencapaian
tujuan umum.