
Filsafat Plato Tentang Modality
MODALITY
Kritikus yang paling menonjol dari Platonisme adalah
Plato. Meskipun ia tidak sepenuhnya meninggalkan teori bentuk, ia sadar dengan
berbagai kesulitan yang ditimbulkan, ia tetap mengkritiknya dan meninjau ulang pemikirannya,
tidak hanya tentang bentuk tetapi sifat dasar matematika secara
umum. Kebenaran matematika tidak hanya dikenal sebagai sebuah priori, tetapi
sebuah keperluan. Ada sesuatu yang menarik tentang matematika. Kita melihat
buktinya dalam Meno. Kebenaran matematika tidak hanya sah, tetapi sangat
menarik. Kebenaran matematika diluar dari pemikiran kita. Setelah kita melihat
kebenaran itu, kita wajib menerimanya. Itulah keistimewaan panduan Plato, dan telah
membimbing mayoritas ahli matematika lain serta ahli filsafat matematika dalam
pemikiran mereka tentang sifat dasar matematika. Kebenaran matematika memiliki
beberapa macam kepentingan yang kontras dengan ketidakpastian yang kita
percayai tentang pengalaman duniawi kita. Kebenaran matematika tidak hanya
selalu benar tetapi pasti benar sebab tidak terpengaruh terhadap perubahan-perbahan
yang bersifat sementara. Hal ini sulit dijelaskan secara visual. Biasanya kita
ingin merasakan kekuatan dengan percobaan dan kegagalan. Seorang anak mencoba
(1,5)2 dan menemukan itu tidak sama dengan 2. Jika bukti matematika
diduga untuk menjadi sangat menarik, kita tentu bertanya apa yang akan terjadi
jika kita mencoba untuk menolaknya. Kita tidak hanya bertanya “Bagaimana
kita mengenal matematika?” dan “tentang
apakah matematika itu?”, tetapi pertanyaan lebih lanjut “Apa yang akan terjadi jika kita menolak
untuk mengakui kesimpulan dari suatu bukti?”.
Menurut teori bentuk, jika kita tidak melihat, itu hanya
menunjukkan bahwa kita kekurangan imajinasi matematika. Diumpamakan seperti
buta warna. Jika seseorang tidak mengakui kebenaran teori Godel maka kita
berdebat dengannya dan tidak mengajaknya ke dokter mata. Matematika dihubungkan
menjadi lebih dekat dengan mereka untuk memahami ketidakmampuan matematika
dalam buta warna sama seperti memahami ketidakpekaan moral dalam buta warna. Meskipun Plato dengan
senang hati mengakui bahwa kemampuan matematika adalah bakat alami yang
beberapa orang miliki dan kebanyakan orang tidak, ia tidak bisa melanjutkan
untuk memegang bahwa itu hanya sekedar bentuk.
Sekali kita memegang bukti suatu teorema matematika,
kita merasa yakin, keyakinan yang sangat besar tentang pernyataan itu. Kita
diharuskan untuk mengakui bahwa bukti teorema matematika harus
demikian. Keyakinan pernyataan matematika sangat berbeda dari keyakinan
tentang fakta empiris. Pada akhirnya kita dipaksa untuk mengakui bahwa matematika
memiliki kerumitan kata pengandaian yang tidak dimiliki oleh ilmu geografi.
Analogi Plato, antara dunia obyek matematika dengan dunia pengalaman sehari-hari
begitu luas ketidaksamaannya. Plato mulai mengembangkan suatu pernyataan teori
matematika untuk mendapatkan nilai tentang kekuatan keyakinan dan
perlunya kesimpulan dari teori matematika.